MAKALAH
TELAAH KRITIS
“Terapi dan
Pendampingan Anak Hiperaktif ”
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Rehabilitasi Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen
Pengampu: Drs. A. Salim Choiri, M.Si
Disusun
oleh:
Nama :SUSIANA
NIM :K5112069
Pendidikan
Luar Biasa
Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sebelas Maret
Surakarta
2012
DAFTAR
ISI
Halaman
judul…………………………………………………… 1
Daftar isi........................................................................................ 2
Garis besar artikel.......................................................................... 3
Telaah artikel.................................................................................. 5
Kesimpulan.................................................................................... 7
Daftar pustaka............................................................................... 8
Lampiran........................................................................................ 9
GARIS
BESAR ARTIKEL
“Terapi dan
Pendampingan Anak Hiperaktif ”
Pengertian
ANAK ADHD atau anak yang mengalami attention
deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan
perilaku yang ditandai dengan inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas
Ciri-ciri
a.
inatensi,
Inatensi anak ADHD tampak dari
kebiasaannya yang tidak pernah bisa diam, sulit memfokuskan perhatian pada satu
hal, sering seperti tidak mendengar, sulit mengatur tugas keseharian, sering
lupa, menolak tugas (PR atau tugas sekolah, dll). Akibatnya, anak ADHD sering
mendapat nilai jelek.
b.
hipersensitif,
tampak sering
menggerak-gerakkan tangan atau kaki, tidak bisa duduk diam, sering meninggalkan
tempat duduk saat di kelas, sering berlari-lari, dan badannya seperti digerakkan
oleh mesin. Anak ini juga sering berbicara berlebihan dibandingkan dengan anak
seusianya.
c.
Impulsif
anak impulsif dapat
dikenali dengan seringnya menjawab sebelum pertanyaan itu selesai diberikan. Ia
juga akan sangat sulit dan gelisah kalau harus menunggu giliran. Makanya, si
impulsif adalah anak yang sering interupsi, mengganggu, dan nimbrung begitu
saja pada saat orang lain sedang berbicara.
Terapi
sembuh
1.
Terapi
perilaku
Beberapa usaha yang dapat dilakukan orang tua di rumah antara lain membuat
pengaturan jadwal kegiatan dengan menerapkan sistem yang rutin, reguler, dan
repetition (pengulangan). Lingkunganlah yang dapat membentuk struktur
dalam dirinya. Rutinitas sehari-hari yang sangat ketat akan sangat membantu
anak ADHD.
Anak ADHD juga memerlukan adanya pengaturan dalam membantu pemusatan
perhatian sehingga anak terhindar dari hal-hal yang bisa
mengganggunya. Anak ADHD memerlukan pengaturan waktu bekerja. Meski
demikian, usahakan waktu belajarnya singkat. Beri istirahat sejenak, lalu
lanjutkan lagi.
Anak ADHD dapat masuk ke sekolah khusus (ekslusif) atau ke sekolah umum
(inklusif) dengan guru pendamping khusus.
2.
Terapi obat
Perkembangan baru dunia medis telah berhasil menyediakan terapi obat untuk
penderita ADHD. Terapi ini sebaiknya merupakan bagian dari penanganan
multi-model antara edukasi, perilaku, konseling, dan medik.
Pengobatan terapi medik seperti inidapat menimbulkan efek samping,
antara lain menekan nafsu makan dan gangguan tidur. Namun demikian, cukup
efektif untuk 70% kasus yang terjadi. Obat dapat dipakai selama 6-7 bulan.
TELAAH ARTIKEL
1.
Menurut Pendapat Media
Ø
Beberapa
bukti ilmiah menunjukkan bahwa ADHD berhubungan dengan fungsi otak, terutama
pada bagian yang bertanggung jawab mengatur pemusatan perhatian, konsentrasi, pengaturan
emosi, dan pengendalian perilaku. Terapi medis biasanya berupa pemberian
beberapa macam obat dengan sasaran area tersebut, yaitu membantu memusatkan
perhatian dan mengendalikan perilaku, termasuk perilaku agresif.
Ø
Teori
ADHD menjadi "sindrom perilaku yang mengganggu kehidupan pribadi dan
komunitas melalui kekurangan perhatian, miskin kontrol impuls, suasana hati
peledak pola emosional dan tidak dapat dijelaskan agresi dan kekerasan"
pertama kali menuliskan pada tahun 1890 oleh William James. Anak-anak yang
orang tuanya memilih untuk mengobati orang ternoda sebagai orangtua yang buruk,
sering dikutip sebagai tidak mampu mengendalikan anak mereka atau mereka
dianggap sebagai orangtua malas. Mereka juga mengalami "penyesuaian
emosional sosial dan kesulitan" yang menyebabkan mereka harus dipilih dan
sering ditegur oleh guru mereka (National Institute of Mental Health [ NIMH]
1997; Chadd 1995).
Ø
Pada
tahun 2001, American Academy of Pediatrics (AAP), dalam Pedoman Praktek Klinis,
menyarankan agar ketika merawat ADHD target gejala, "dokter harus
merekomendasikan obat stimulan dan / atau terapi perilaku yang sesuai."
Beberapa bentuk intervensi perilaku telah ditemukan untuk menunjukkan sedikit
atau tidak ada efektivitas dalam merawat pasien ADHD. Ini termasuk individu
atau bermain terapi, psikoterapi jangka panjang, psikoanalisis, pelatihan
integrasi sensorik, dan terapi perilaku kognitif.
Ø
National
Institute of Mental Health (NIMH) penelitian telah mengindikasikan bahwa dua
modalitas pengobatan paling efektif untuk anak-anak sekolah dasar dengan ADHD
adalah perawatan obat dimonitor atau sebuah program yang menggabungkan
pengobatan dengan intervensi perilaku intensif (terapi perilaku).
2.
Menurut Pendapat Pribadi
Menurut pendapat saya,anak yang
mengalami ADHD memerlukan terapi atau obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter
selain itu dalam rangka penyembuhan,orang tua harus memberikan perhatian lebih
untuk anak yang menderita ADHD, seperti pengaturan waktu dan mengawasi
anaknya.karena anak yang menderita ADHD menunjukkan perilaku yang ingin
diperhatikan oleh orang lain.Selain orang tua,guru juga sangat berpengaruh
terhadap penyembuhan anak yang mengalami ADHD.karena selain dirumah,anak juga
beraktifitas di sekolah,sehingga guru harus mengerti dan lebih memperhatikan
anak tersebut.
KESIMPULAN
Terapi untuk
anak yang menderita ADHD tidak cukup hanya dengan terapi medik atau pemberian
obat-obatan yang dapat membantu
memusatkan perhatian dan mengendalikan perilaku, termasuk perilaku agresif.Melainkan dalam hal ini lingkungan juga berperan dalam
penyembuhan anak yang menderita ADHD,antara lain
orangtua dan guru.Peran orang tua antara lain
membuat pengaturan jadwal kegiatan dengan menerapkan sistem yang rutin,
reguler, dan repetition (pengulangan). Karena lingkunganlah yang dapat membentuk struktur dalam dirinya. Rutinitas
sehari-hari yang sangat ketat akan sangat membantu anak ADHD.Sedangkan guru berperan dalam pengaturan waktu saat anak berada di sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=16731
http://konselorindonesia.blogspot.com/2010/12/attention-deficit-hyperactivity.html
LAMPIRAN
Sabtu, 27 Februari 2010
Hiperaktif merupakan gangguan perilaku yang menyebabkan seorang anak sulit
memusatkan perhatian. Penyebab gangguan tersebut sampai sekarang belum
diketahui. Namun, kemungkinan dapat pula terjadi dan berkaitan dengan paparan
efek global.
ANAK ADHD atau anak yang mengalami attention deficit hyperactivity
disorder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan perilaku yang ditandai dengan
inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gangguan ini bersifat persisten
(menetap) dan dapat muncul pada usia 5-6 tahun, manakala ia mulai memasuki
jenjang pendidikan formal.
Bagaimanakah ciri anak ADHD? Bagaimana pula penanganan dan pendampingannya?
Bagaimana pula kasus-kasus ini terjadi di Indonesia, khususnya Kota Bandung?
Jawaban atas pertanyaan tersebut terjawab dalam seminar "Deteksi dan
Penanganan anak ADHD" yang diselenggarakan RS Al Islam (RSAI) Bandung,
belum lama ini.
Terus meningkat
Jumlah anak penderita hiperaktif di Kota Bandung terus meningkat. Hal
tersebut dapat dilihat dari angka kunjungan pasien yang masuk ke Poliklinik
Tumbuh Kembang Anak RS Al Islam Bandung. Wadir Bidang Medik & Keperawatan
RS Al Islam Bandung dr. Rita Herawati, Sp.Pk., tahun 2006 RSAI menerima pasien
31 orang. Akan tetapi, tahun berikutnya meningkat menjadi 40 orang.
Di beberapa negara lain, jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di
Indonesia. Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1
juta. Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini
cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya
menderita hiperaktif.
"Untuk Indonesia sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, bila
melihat angka kunjungan ke Poliklinik Tumbuh Kembang RS Al Islam, anak
hiperaktif cenderung meningkat," ujar Rita di hadapan peserta seminar.
Hiperaktif merupakan gangguan perilaku yang menyebabkan seorang anak
sulit memusatkan perhatian. Penyebab gangguan tersebut sampai sekarang belum
diketahui. Namun, kemungkinan dapat pula terjadi dan berkaitan dengan paparan
efek global yang berupa racun-racun, kadar polutan dan timbal yang terus
meningkat, makanan berwarna, dan virus-virus yang tidak terdeteksi selama kehamilan
ataupun pascakehamilan.
Gangguan tersebut menurut Rita bersifat organik (menetap) karena
organ tubuh yang diserangnya adalah otak. Bahkan, ia beberapa ahli menyebutkan,
hiperaktif merupakan penyakit degenartif (bawaan) sejak lahir. "Bila salah
satu keluarga ada yang hiperaktif, turunan keluarga berikutnya terdapat pula
anak yang hiperaktif," ujarnya.
Penderita hiperaktif, kata Rita, tidak dapat disembuhkan sepenuhnya.
Akan tetapi, yang semestinya dilakukan bagaimana si penderita tersebut
diadaptasikan sedemikian rupa sesuai dengan energi yang dimilikinya. Karena
pada umumnya, anak-anak hiperaktif mempunyai energi yang berlebih sehingga ia
tidak dapat fokus pada satu hal.
Proses penyembuhan anak hiperaktif memerlukan keterlibatan berbagai
disiplin ilmu dan para ahli, seperti dokter anak, psikolog, ahli terapi wicara,
ahli saraf anak, dan rekam medik. Pada prosesnya, penyembuhan anak hiperaktif
harus melibatkan anak, orang tua, guru, dokter, dan tim ahli yang menangani.
Dapat terdeteksi
Anak penderita ADHD dapat terdeteksi pada saat usia anak 5-6 tahun.
Ketika anak sudah mulai memasuki wilayah sosial, sekolah misalnya, aktivitasnya
yang berlebih tampak lebih menonjol dibandingkan dengan anak yang lain.
Anak ADHD dapat teridentifikasi dari tiga ciri, inatensi,
hipersensitif, dan impulsif. Inatensi anak ADHD tampak dari kebiasaannya yang
tidak pernah bisa diam, sulit memfokuskan perhatian pada satu hal, sering
seperti tidak mendengar, sulit mengatur tugas keseharian, sering lupa, menolak
tugas (PR atau tugas sekolah, dll). Akibatnya, anak ADHD sering mendapat nilai
jelek.
"Guru yang tidak mengerti anak ADHD, akan menyebut anak itu
sebagai anak yang nakal dan bodoh," kata dr. Nelly, ahli yang menangani
beberapa kasus anak ADHD di RS Al Islam. Hal ini karena di kelas, anak ADHD
sering membuat onar dan nilai-nilai ulangannya buruk.
Beberapa ciri spesifik lain yang dapat dikenali, anak ADHD inatensi.
Sering tidak dapat memusatkan perhatian, ceroboh, dan sulit mempertahankan
perhatian dalam tugas atau aktivitas bermain. Anak ini juga tampak seperti
tidak mendengar saat diajak berbicara langsung, tidak mengikuti perintah, dan
sering menolak kalau diberi tugas. Perhatiannya lebih sering beralih oleh
stimulus luar sehingga ia sering lupa.
Sedangkan anak hipersensivitas tampak sering menggerak-gerakkan
tangan atau kaki, tidak bisa duduk diam, sering meninggalkan tempat duduk saat
di kelas, sering berlari-lari, dan badannya seperti digerakkan oleh mesin. Anak
ini juga sering berbicara berlebihan dibandingkan dengan anak seusianya.
Hampir sama dengan itu, anak impulsif dapat dikenali dengan seringnya
menjawab sebelum pertanyaan itu selesai diberikan. Ia juga akan sangat sulit
dan gelisah kalau harus menunggu giliran. Makanya, si impulsif adalah anak yang
sering interupsi, mengganggu, dan nimbrung begitu saja pada saat orang lain
sedang berbicara.
Tidak semua anak ADHD mengalami ketiga gangguan tersebut. Adakalanya, anak
ADHD hanya mengalami gangguan satu atau dua dari gejala tersebut. Hal itu
bergantung pada tipenya. Ada tiga tipe anak ADHD, yakni ADHD campuran
(terpenuhi kriteria inatensi dan hiperaktivitas), ADHD predominan adalah ADHD
tipe intensi dan ADHD predominan tipe hiperaktif impulsif.
Diagnosis banding ADHD dapat diamati dengan lebih cermat. Sebab,
kemungkinan anak tersebut tidak termasuk ADHD. Akan tetapi, anak yang normal
tapi aktif, mengalami stres kronis, gangguan stres pascatrauma, gangguan cemas,
depresi, dalam pengaruh stimulasi, mengalami gangguan belajar, atau mengalami
gangguan mood dini. "Untuk kepastiannya, perlu penanganan dokter ahli dan
psikolog," ungkap dr. Nelly.
Terapi sembuh
Penyembuhan anak ADHD dapat dilakukan dengan terapi perilaku dan
pengobatan medik. Beberapa usaha yang dapat dilakukan orang tua di rumah antara
lain membuat pengaturan jadwal kegiatan dengan menerapkan sistem yang rutin,
reguler, dan repetition (pengulangan).
Anak ADHD adalah anak yang sulit dalam mengatur sesuatu. Mereka
umumnya tumbuh kembang menjadi anak yang kurang dapat mengatur diri.
Lingkunganlah yang dapat membentuk struktur dalam dirinya. Rutinitas
sehari-hari yang sangat ketat akan sangat membantu anak ADHD.
Anak ADHD juga memerlukan adanya pengaturan dalam membantu pemusatan
perhatian sehingga anak terhindar dari hal-hal yang bisa mengganggunya.
Upayakan tempat belajar serapi mungkin. Tidak ada benda-benda yang dapat
memecahkan perhatiannya seperti TV, gambar-gambar, radio, sebaiknya
dihindarkan.
Anak ADHD memerlukan pengaturan waktu bekerja. Meski demikian,
usahakan waktu belajarnya singkat. Beri istirahat sejenak, lalu lanjutkan lagi.
Cara kerja anak ADHD berbeda dengan anak biasa. Pada umumnya mereka lebih mampu
berpikir dengan cara melalui gambar. Malah bila IQ anak tersebut diukur,
kemampuannya kemungkinan di atas rata-rata, tetapi nilai yang diperolehnya
justru buruk.
Anak ADHD dapat masuk ke sekolah khusus (ekslusif) atau ke sekolah
umum (inklusif) dengan guru pendamping khusus.
Selain pola terapi perilaku seperti itu, perkembangan baru dunia
medis telah berhasil menyediakan terapi obat untuk penderita ADHD. Terapi ini
sebaiknya merupakan bagian dari penanganan multi-model antara edukasi,
perilaku, konseling, dan medik.
Pengobatan terapi medik seperti ini, kata Nelly, dapat menimbulkan
efek samping, antara lain menekan nafsu makan dan gangguan tidur. Namun
demikian, cukup efektif untuk 70% kasus yang terjadi. Obat dapat dipakai selama
6-7 bulan. Jika respons terapi membaik, sebaiknya penggunaan tidak
diperpanjang. (Eriyanti/"PR") ***
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=16731
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar