Minggu, 04 November 2012


Sembuhkan Autisme dengan Terapi Kuda di UGM
Margaret Puspitarini
Minggu, 01 April 2012 08:02 wib
Ilustrasi : Corbis
JAKARTA - Banyak terapi yang dapat ditempuh oleh orangtua yang memiliki anak autis. Mulai dari terapi perilaku hingga interaksi dengan binatang. Baru-baru ini Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta merintis terapi berkuda bagi anak autis.

Terapi menunggang kuda ini memang belum banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kini UGM telah membuka layanan terapi autis dengan berkuda. Program yang telah berjalan mulai awal Maret 2012 tersebut dikembangkan oleh Gadjah Mada Equestrian Center (GMEC), suatu unit kegiatan yang dibentuk bersama-sama antara unit kegiatan mahasiswa (UKM) Berkuda UGM, Laboratorium Ternak Potong dan Kesayangan Fakultas Peternakan (Fapet) UGM, serta Direktorat Kemahasiswaan UGM.

Ketua GMEC Edi Suryanto menyebutkan, hingga saat ini terdapat enam anak yang mengikuti terapi autis dengan berkuda. Lima di antaranya berasal dari Sekolah Autis Fajar Nugraha dan seorang siswa SLB Damayanti.

Edi menyampaikan, anak-anak penderita autis di sini diajak untuk berinteraksi dengan kuda sehingga diharapkan mampu membantu konsentrasi pada penderita. Selain itu juga membantu dalam bersosialisasi dengan anak-anak lainnya.

“Anak-anak diberikan kegiatan mulai dari memberi makan, menyisir rambut dan ekor, memandikan, memasang pelana, hingga akhirnya menunggang kuda,” kata Edi seperti dikutip dari situs UGM, Minggu (1/4/2012).

Terapi ini, lanjut Edi, mampu membantu konsentrasi dan mengurangi agresivitas penderita autis. “Berinteraksi dengan kuda menimbulkan rasa senang pada anak autis serta membantu memfokuskan konsentrasi,” ujar pria yang juga menjabat Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Pengembangan Usaha Fakultas Peternakan tersebut.

Selain membuka program terapi autis dengan berkuda, GMEC juga menawarkan sekolah berkuda (riding horse) yang mendapat tanggapan positif dari masyarakat umum. “Sekolah berkuda ini cukup mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Sejak dibuka Februari lalu terdapat sekira 100 pendaftar, tapi kami hanya batasi menerima 20 orang karena baru memiliki empat ekor kuda,” tuturnya.

Psikolog perkembangan anak UGM Endang Ekowarni menyebutkan, terapi berkuda tergantung pada kondisi pasien dan terapis. Terapis autis juga harus menguasai karakter kuda, tidak untuk sekedar dikendarai.

“Semua sangat tergantung pada kondisi penderita serta kemampuan pelatih dalam melakukan terapi,” kata Endang.(mrg)(rhs)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar