Terapi dan Pendampingan Anak Hiperaktif
Hiperaktif merupakan gangguan perilaku yang menyebabkan seorang anak sulit
memusatkan perhatian. Penyebab gangguan tersebut sampai sekarang belum
diketahui. Namun, kemungkinan dapat pula terjadi dan berkaitan dengan paparan
efek global.
ANAK ADHD atau anak yang mengalami attention deficit hyperactivity
disorder (ADHD) adalah anak yang mengalami gangguan perilaku yang ditandai
dengan inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Gangguan ini bersifat
persisten (menetap) dan dapat muncul pada usia 5-6 tahun, manakala ia mulai
memasuki jenjang pendidikan formal.
Bagaimanakah ciri anak ADHD? Bagaimana pula penanganan dan pendampingannya?
Bagaimana pula kasus-kasus ini terjadi di Indonesia, khususnya Kota Bandung?
Jawaban atas pertanyaan tersebut terjawab dalam seminar "Deteksi dan
Penanganan anak ADHD" yang diselenggarakan RS Al Islam (RSAI) Bandung, belum lama ini.
Terus meningkat
Jumlah anak penderita hiperaktif di Kota Bandung terus meningkat. Hal
tersebut dapat dilihat dari angka kunjungan pasien yang masuk ke Poliklinik
Tumbuh Kembang Anak RS Al Islam Bandung. Wadir Bidang Medik & Keperawatan
RS Al Islam Bandung dr. Rita Herawati, Sp.Pk., tahun 2006 RSAI menerima pasien
31 orang. Akan tetapi, tahun berikutnya meningkat menjadi 40 orang.
Di beberapa negara lain, jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia.
Literatur mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta.
Sedangkan di Amerika Serikat jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup
fantastis karena bila dihitung dari 300 anak yang ada, 15 di antaranya
menderita hiperaktif.
"Untuk Indonesia
sendiri belum diketahui jumlah pastinya. Namun, bila melihat angka kunjungan ke
Poliklinik Tumbuh Kembang RS Al Islam, anak hiperaktif cenderung
meningkat," ujar Rita di hadapan peserta seminar.
Hiperaktif merupakan gangguan perilaku yang menyebabkan seorang anak
sulit memusatkan perhatian. Penyebab gangguan tersebut sampai sekarang belum
diketahui. Namun, kemungkinan dapat pula terjadi dan berkaitan dengan paparan
efek global yang berupa racun-racun, kadar polutan dan timbal yang terus
meningkat, makanan berwarna, dan virus-virus yang tidak terdeteksi selama
kehamilan ataupun pascakehamilan.
Gangguan tersebut menurut Rita bersifat organik (menetap) karena
organ tubuh yang diserangnya adalah otak. Bahkan, ia beberapa ahli menyebutkan,
hiperaktif merupakan penyakit degenartif (bawaan) sejak lahir. "Bila salah
satu keluarga ada yang hiperaktif, turunan keluarga berikutnya terdapat pula
anak yang hiperaktif," ujarnya.
Penderita hiperaktif, kata Rita, tidak dapat disembuhkan sepenuhnya.
Akan tetapi, yang semestinya dilakukan bagaimana si penderita tersebut
diadaptasikan sedemikian rupa sesuai dengan energi yang dimilikinya. Karena pada
umumnya, anak-anak hiperaktif mempunyai energi yang berlebih sehingga ia tidak
dapat fokus pada satu hal.
Proses penyembuhan anak hiperaktif memerlukan keterlibatan berbagai
disiplin ilmu dan para ahli, seperti dokter anak, psikolog, ahli terapi wicara,
ahli saraf anak, dan rekam medik. Pada prosesnya, penyembuhan anak hiperaktif
harus melibatkan anak, orang tua, guru, dokter, dan tim ahli yang menangani.
Dapat terdeteksi
Anak penderita ADHD dapat terdeteksi pada saat usia anak 5-6 tahun.
Ketika anak sudah mulai memasuki wilayah sosial, sekolah misalnya, aktivitasnya
yang berlebih tampak lebih menonjol dibandingkan dengan anak yang lain.
Anak ADHD dapat teridentifikasi dari tiga ciri, inatensi,
hipersensitif, dan impulsif. Inatensi anak ADHD tampak dari kebiasaannya yang
tidak pernah bisa diam, sulit memfokuskan perhatian pada satu hal, sering
seperti tidak mendengar, sulit mengatur tugas keseharian, sering lupa, menolak
tugas (PR atau tugas sekolah, dll). Akibatnya, anak ADHD sering mendapat nilai
jelek.
"Guru yang tidak mengerti anak ADHD, akan menyebut anak itu
sebagai anak yang nakal dan bodoh," kata dr. Nelly, ahli yang menangani
beberapa kasus anak ADHD di RS Al Islam. Hal ini karena di kelas, anak ADHD
sering membuat onar dan nilai-nilai ulangannya buruk.
Beberapa ciri spesifik lain yang dapat dikenali, anak ADHD inatensi.
Sering tidak dapat memusatkan perhatian, ceroboh, dan sulit mempertahankan
perhatian dalam tugas atau aktivitas bermain. Anak ini juga tampak seperti
tidak mendengar saat diajak berbicara langsung, tidak mengikuti perintah, dan
sering menolak kalau diberi tugas. Perhatiannya lebih sering beralih oleh
stimulus luar sehingga ia sering lupa.
Sedangkan anak hipersensivitas tampak sering menggerak-gerakkan
tangan atau kaki, tidak bisa duduk diam, sering meninggalkan tempat duduk saat
di kelas, sering berlari-lari, dan badannya seperti digerakkan oleh mesin. Anak
ini juga sering berbicara berlebihan dibandingkan dengan anak seusianya.
Hampir sama dengan itu, anak impulsif dapat dikenali dengan seringnya
menjawab sebelum pertanyaan itu selesai diberikan. Ia juga akan sangat sulit
dan gelisah kalau harus menunggu giliran. Makanya, si impulsif adalah anak yang
sering interupsi, mengganggu, dan nimbrung begitu saja pada saat orang lain sedang
berbicara.
Tidak semua anak ADHD mengalami ketiga gangguan tersebut. Adakalanya, anak
ADHD hanya mengalami gangguan satu atau dua dari gejala tersebut. Hal itu
bergantung pada tipenya. Ada
tiga tipe anak ADHD, yakni ADHD campuran (terpenuhi kriteria inatensi dan
hiperaktivitas), ADHD predominan adalah ADHD tipe intensi dan ADHD predominan
tipe hiperaktif impulsif.
Diagnosis banding ADHD dapat diamati dengan lebih cermat. Sebab,
kemungkinan anak tersebut tidak termasuk ADHD. Akan tetapi, anak yang normal
tapi aktif, mengalami stres kronis, gangguan stres pascatrauma, gangguan cemas,
depresi, dalam pengaruh stimulasi, mengalami gangguan belajar, atau mengalami
gangguan mood dini. "Untuk kepastiannya, perlu penanganan dokter ahli dan
psikolog," ungkap dr. Nelly.
Terapi sembuh
Penyembuhan anak ADHD dapat dilakukan dengan terapi perilaku dan
pengobatan medik. Beberapa usaha yang dapat dilakukan orang tua di rumah antara
lain membuat pengaturan jadwal kegiatan dengan menerapkan sistem yang rutin,
reguler, dan repetition (pengulangan).
Anak ADHD adalah anak yang sulit dalam mengatur sesuatu. Mereka
umumnya tumbuh kembang menjadi anak yang kurang dapat mengatur diri.
Lingkunganlah yang dapat membentuk struktur dalam dirinya. Rutinitas
sehari-hari yang sangat ketat akan sangat membantu anak ADHD.
Anak ADHD juga memerlukan adanya pengaturan dalam membantu pemusatan
perhatian sehingga anak terhindar dari hal-hal yang bisa mengganggunya.
Upayakan tempat belajar serapi mungkin. Tidak ada benda-benda yang dapat memecahkan
perhatiannya seperti TV, gambar-gambar, radio, sebaiknya dihindarkan.
Anak ADHD memerlukan pengaturan waktu bekerja. Meski demikian,
usahakan waktu belajarnya singkat. Beri istirahat sejenak, lalu lanjutkan lagi.
Cara kerja anak ADHD berbeda dengan anak biasa. Pada umumnya mereka lebih mampu
berpikir dengan cara melalui gambar. Malah bila IQ anak tersebut diukur,
kemampuannya kemungkinan di atas rata-rata, tetapi nilai yang diperolehnya
justru buruk.
Anak ADHD dapat masuk ke sekolah khusus (ekslusif) atau ke sekolah
umum (inklusif) dengan guru pendamping khusus.
Selain pola terapi perilaku seperti itu, perkembangan baru dunia
medis telah berhasil menyediakan terapi obat untuk penderita ADHD. Terapi ini
sebaiknya merupakan bagian dari penanganan multi-model antara edukasi,
perilaku, konseling, dan medik.
Pengobatan terapi medik seperti ini, kata Nelly, dapat menimbulkan
efek samping, antara lain menekan nafsu makan dan gangguan tidur. Namun
demikian, cukup efektif untuk 70% kasus yang terjadi. Obat dapat dipakai selama
6-7 bulan. Jika respons terapi membaik, sebaiknya penggunaan tidak
diperpanjang. (Eriyanti/"PR") ***
Sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=16731
Tidak ada komentar:
Posting Komentar